Seluruh Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup Hingga April 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:55:49 WIB
Seluruh Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup Hingga April 2026

JAKARTA - Rencana mendaki Gunung Rinjani pada pergantian tahun perlu disusun ulang. Gunung api tertinggi di Indonesia yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, itu akan memasuki masa jeda pendakian cukup panjang. Seluruh jalur pendakian resmi ditetapkan tutup mulai akhir 2025 hingga April 2026 sebagai bagian dari upaya pemulihan kawasan.

Penutupan ini bukan tanpa alasan. Setelah dibuka dan menerima kunjungan pendaki selama berbulan-bulan, kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dinilai membutuhkan waktu untuk beristirahat. Tekanan aktivitas manusia serta kondisi cuaca menjadi pertimbangan utama dalam kebijakan tersebut.

Bagi para pencinta alam, keputusan ini tentu memengaruhi agenda petualangan. Namun di sisi lain, langkah ini dipandang penting untuk menjaga kelestarian ekosistem pegunungan Rinjani agar tetap aman dan berkelanjutan bagi generasi pendaki berikutnya.

Alasan Penutupan Jalur Pendakian Rinjani

Balai TNGR menegaskan bahwa penutupan jalur pendakian dilakukan demi pemulihan ekosistem kawasan. Kepala Seksi Wilayah II TNGR, Ma’ruf Hadi, menjelaskan bahwa Gunung Rinjani telah dibuka untuk aktivitas pendakian selama sekitar sembilan bulan berturut-turut.

“Rinjani dibuka untuk pendakian sudah 9 Bulan dan Rinjani butuh istirahat juga, sehingga kami akan melakukan penutupan pendakian di awal bulan Januari dan Insya Allah akan dibuka kembali di awal April,” kata Ma’ruf Hadi.

Selain faktor pemulihan lingkungan, kondisi jalur pendakian juga menjadi perhatian. Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan sejumlah titik jalur mengalami kerusakan dan berpotensi membahayakan keselamatan pendaki. Oleh karena itu, penutupan dipandang sebagai langkah preventif.

Jadwal Penutupan dan Batas Akhir Pendakian

Penutupan pendakian Gunung Rinjani akan mulai diberlakukan pada 31 Desember 2025. Hingga tanggal tersebut, aktivitas pendakian masih diperbolehkan bagi wisatawan, baik yang menggunakan jasa trekking organizer maupun pendaki yang melakukan pemesanan secara mandiri melalui sistem daring.

“Kegiatan pendakian untuk sementara masih dibuka, nanti terakhir tanggal 31 Desember baik pendaki melalui trekking organizer maupun pendaki umum yang booking melalui online secara mandiri,” terang Ma’ruf.

Dengan demikian, pendaki yang telah memiliki jadwal sebelum akhir Desember masih dapat melaksanakan pendakian sesuai ketentuan. Setelah tanggal tersebut, seluruh jalur pendakian resmi ditutup hingga waktu pembukaan kembali yang direncanakan pada awal April 2026.

Perbaikan Jalur dan Faktor Keselamatan Pendaki

Selama masa penutupan, Balai TNGR akan memfokuskan kegiatan pada perbaikan jalur pendakian yang rusak. Ma’ruf menyebutkan adanya laporan terkait beberapa titik longsor di jalur pendakian, yang berisiko tinggi bagi keselamatan pengunjung.

“Kemarin kami menerima laporan dari teman-teman terkait beberapa titik longsor salah satunya di ‘jalur naga’. Kami sudah tutup jalur tersebut, dengan membuka jalur alternatif. Itu juga menjadi prioritas nanti untuk kami lakukan perbaikan,” ucap Ma’ruf.

Langkah perbaikan ini diharapkan dapat meminimalkan potensi kecelakaan di masa mendatang. Jalur yang lebih aman dan stabil menjadi prasyarat utama sebelum kawasan kembali dibuka untuk aktivitas pendakian.

Tingginya Kunjungan dan Alternatif Wisata Nonpendakian

Tingginya jumlah pendaki juga menjadi salah satu faktor yang mendorong kebijakan penutupan sementara. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai TNGR, Astekita Ardiaristo, membeberkan bahwa hingga November 2025 jumlah pengunjung Gunung Rinjani telah mencapai 124.649 orang.

Jumlah tersebut terdiri dari 42.720 wisatawan mancanegara dan 81.929 pendaki nusantara. Data ini mencakup seluruh pintu pendakian menuju Gunung Rinjani.

“Itu data pengunjung dari semua pintu pendakian ke Gunung Rinjani, dan pada bulan Desember ini data tersebut masih akan bertambah sudah banyak yang booking, yang sampai tanggal 24-25 itu untuk yang nusantaranya sudah full malahan,” beber Astekita.

Meski pendakian ditutup, kawasan TNGR tetap menawarkan alternatif wisata lain. Objek wisata nonpendakian seperti Savana Propok, Bukit Gedong, Top Kondo, serta sejumlah bukit di wilayah Sembalun tetap dibuka untuk umum.

“Ada bukit-bukit di sekitar Sembalun ini. Ada juga Bukit Gedong, juga Savana Popok, itu juga bisa jadi alternatif para pendaki yang ingin mendaki bagi yang kangen ke puncak Rinjani,” ujar Astekita.

Keberadaan destinasi tersebut diharapkan dapat mengakomodasi wisatawan yang tetap ingin menikmati alam Rinjani tanpa melakukan pendakian. Dengan demikian, penutupan jalur pendakian tidak sepenuhnya menghentikan aktivitas wisata di kawasan tersebut, melainkan mengarahkannya ke bentuk wisata yang lebih aman selama masa pemulihan.

Terkini